Jumat, 05 November 2010

Package Design: Sebuah Upaya Penelaahan Metode Transformasi Arsitektur Melalui Kemasan

Andi Surya
Kemasan merupakan istilah yang tidak asing dalam keseharian kita, terlebih bagi industri dalam menawarkan produknya. Dalam proses pembuatan kemasan terdapat beberapa prinsip yang disebut sebagai prinsip utama kemasan sehingga suatu kemasan dapat memiliki rupa beragam yang berperan sebagai wadah bagi produk di dalamnya dan menarik perhatian melalui tampilannya. Prinsip tersebut memperlihatkan perubahan wujud, dari dwimatra menjadi trimatra, yang sering disebut sebagai sebuah ’transformasi’. Transformasi dapat ditemukan pada bidang lainnya seperti permainan anak-anak, elektronik, bahkan sampai pada konsep meruang seperti furniture pada interior dan pada arsitektural. Lebih jauh ’transformasi’ dapat pula teraplikasi dalam pikiran yaitu kondisi yang tidak terlihat nyata namun dapat dinikmati dalam berbagai media, seperti misalnya dalam permainan kartu. Melihat lebih jauh peranan dari proses pembuatan kemasan ini mengantar kita pada pemahaman akan geometri sebagai suatu metode dalam proses perencanaan dari sisi ragawi maupun pikiran, seperti dalam perencanaan arsitektur.

Dahulu, kemasan dapat ditemukan pada beragam bahan alami seperti keranjang dari alang-alang, wadah simpan anggur dari kulit kambing, kotak dan drum dari kayu, vas tembikar, dan sebagainya. Di dunia arkeologi, kemasan merupakan suatu studi penting dalam mempelajari sebuah artefak. Kemasan kemudian banyak dijumpai menggunakan bahan lainnya seperti gelas dan logam. Pada awal abad ke-19, penggunaan kaleng berbahan campuran besi dan aluminium sebagai material sebuah kemasan mulai diperkenalkan. Sedangkan pada akhir abad ke-19 kemasan terbuat dari karton berbahan dasar kertas maupun fiber.

Bahan karton ini memiliki elastisitas yang cukup tinggi sehingga kemasan dapat diwujudkan dalam berbagai rupa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan perancangnya. Kreativitas menjadi kunci utama dalam desain suatu kemasan yang bertujuan menampilkan produk semenarik mungkin sekaligus berfungsi sebagai pelindung produk agar mudah dibawa kemana-mana baik dalam perjalanan jarak dekat maupun jauh serta memberikan kemudahan dalam penyimpanannya. Dengan bahan karton ini, kemasan dapat terbentuk dari proses memotong dan melipat sehingga kemasan tidak lagi berwujud seperti pada umumnya namun bisa beraneka ragam rupa yang seringkali mencerminkan karakter dari produk yang bersangkutan.

Prinsip [Pembuatan] Kemasan

Hal yang menarik dari pembuatan kemasan ialah proses desain struktur kemasan. Dari pembuatan kemasan tersebut didapatkan beragam wujud yang memerlukan percobaan-percobaan sebagai proses pembelajaran sebelum sampai pada wujud akhir yang diinginkan. Proses desain struktur kemasan ini terbagi dalam tiga prinsip utama pembelajaran yaitu: studi tentang struktur dasar (basic structures), studi tentang metode kunci (locking methods), dan studi tentang proses penyusunan (terminology).
Struktur Dasar (Basic Structures)
Studi tentang struktur dasar kemasan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
1m
Gambar 1. Struktur Utama Kemasan Karton

Ke-24 gambar tersebut (4 baris dan 6 kolom) merupakan struktur-struktur utama kemasan berbahan karton dengan pola berupa garis tegas menunjukkan garis potong dan pola berupa garis putus-putus menunjukkan garis lipatan. Studi mengenai struktur utama kemasan karton ini terdiri dari (baris 1 s/d 4):
  1. sleeve – tray and sleeve – straight tuck – reverse tuck – tray – tray and lid
  2. seal ends – reclosable seal ends – tapered top – window carton – hollow wall tray – display package
  3. tray with hinged lid – tray with hinged lid – dispenser – spout – carrier – carrier
  4. flip top – perforated flip top – universal – full overlap – pillow pack – triangular
Metode Kunci (Locking Methods)
Dari studi mengenai struktur dasar, proses pengemasan beralih pada studi mengenai metode-metode penguncian kemasan (locking methods) yang diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
2m
Gambar 2. Metode Penguncian Lipatan Karton
Gambar di atas menunjukkan metode penguncian melalui lipatan karton yang disisipkan pada sisi karton lainnya. Terdapat beberapa cara penguncian sesuai kaidah tersebut (baris 1 dan 2) yaitu:
  1. slit lock – pile lock – notch lock
  2. semi auto lock – dust flap lock
Metode penguncian lainnya dijelaskan melalui gambar selanjutnya:
3m
Gambar 3. Metode Penguncian Lipatan Karton
Selain itu juga didapatkan metode penguncian pada sisi samping, atas maupun bawah kemasan sebagai perkembangan ide seperti ilustrasi di bawah ini:
4m
Gambar 4. Metode Penguncian Lipatan Karton
Proses Penyusunan (Terminology)
Untuk memperoleh wujud akhir, suatu kemasan memiliki proses penyusunan yang dapat dipelajari dengan seksama (terminology) seperti contoh di bawah ini:
5m
Gambar 5. Proses Penyusunan (terminology)

[Bentuk] Kemasan

Dari proses pembuatan kemasan dapat dihasilkan berbagai wujud, di antaranya seperti contoh-contoh di bawah ini (sisi kiri ialah pola dengan garis tegas menunjukkan garis potong dan garis putus-putus menunjukkan garis lipat, sedangkan sisi kanan ialah bentuk yang dihasilkan):
1q
2q
3q
6q
7q
9q
Gambar 6. Macam-macam Pola dan Bentuk Kemasan
Dari proses tersebut dapat diketahui bahwa bidang potong dan bidang lipat yang saling melengkapi mampu menanggung beban yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena bidang-bidang yang melipat tersebut mampu menjadi struktur yang kokoh dengan rangka bidang sehingga beban yang bekerja pada bidang tersebut dapat terbagi merata di permukaan bidang.
Bidang lipat yang ditunjukkan melalui garis putus-putus pada pola dasar, belum dirasakan perannya jika hanya terbentang dalam suatu pola dua dimensi sedangkan jika dalam rupa tiga dimensi dapat sudah dirasakan perannya. Bidang lipat ini merupakan bagian yang ‘tidak hadir’ (dalam pencerapan secara visualisasi), salah satu contohnya adalah gambar di bawah ini.
4q
Gambar 7. Garis Putus-putus pada Pola Kemasan

Pembuatan Kemasan = Transformasi

Proses pembuatan kemasan ini menunjukkan suatu perubahan yang dikenal dengan istilah transformasi, yaitu perubahan dari pola yang terdapat pada bidang dua dimensi (dwimatra) menjadi wujud tiga dimensi (trimatra). Istilah ini dapat ditemukan dalam beragam aplikasi seperti musik, permainan, dan film layar lebar yang menggabungkan teknologi industri film dengan teknologi komputer tingkat tinggi yang berjudul ‘Transformer’. Film yang mengangkat tema perhelatan dunia di masa depan yang menggambarkan terjadinya interaksi antara manusia dan robot yang hidup sebagai suatu transformasi dari bermacam-macam alat sederhana seperti perkakas dapur sampai pada alat transportasi canggih seperti pesawat kecepatan tinggi.
Dalam konsep me-‘ruang’ ditemukan juga beberapa contoh proses transformasi yang diaplikasikan baik dalam perencanaan maupun produk akhirnya, seperti pada furnitur ‘transformer-shelf’ berikut:
11q1
Gambar 8. Furnitur ‘transformer-shelf’
Furnitur ini bertujuan untuk dapat menampung berbagai barang (seperti buku, alat tulis, perkakas, aksesoris, dsb), seperti layaknya sebuah rak atau lemari, pada ruang yang relatif sempit sehingga tidak membuat ruangan yang ada menjadi penuh. Prinsipnya adalah (Gambar 8) membagi lemari tersebut menjadi beberapa komponen yang memiliki fungsi penyimpanan masing-masing. Sistem peng-operasian furnitur tersebut dilakukan dengan menggeser komponen lemari lainnya sehingga efektifitas penggunaan lemari tersebut menjadi lebih tinggi (Gambar 8).
Tujuan untuk meringkas suatu produk interior juga diperlihatkan melalui contoh lainnya dengan prinsip kerja yang berbeda yaitu dengan menumpuk (Gambar 9) atau menggabungkan komponen-komponen dari furnitur tersebut (Gambar 10) sehingga menjadi suatu bentuk yang compact seperti pada gambar berikut ini:
12q
Gambar 9 dan 10. Produk Interior dengan Cara Menumpuk atau Menggabungkan

Lain halnya dengan contoh karya arsitektur yang menjadi contoh aplikasi konsep transformasi yang dilakukan oleh OMA, Rem Koolhaas, yaitu pada proyek ruang fashion terkemuka Prada di Korea Selatan (2008) yang berlokasi tepat di kawasan bersejarah istana Gyeonghui (Gambar 13). Transformasi diterapkan pada konsep perubahan wujud dan fungsi perusahaan fashion internasional Prada dimana bangunan tersebut dapat mewadahi berbagai event yaitu fashion exhibition (Gambar 14), film festival (gambar 15), art exhibition (Gambar 16), Prada fashion show. Transformasi didasarkan pada area lantai dasar yang dapat diputar bergantian dengan empat bentuk geometri seperti lingkaran, cross, segi empat, dan segi enam (Gambar 11 dan 12). Masing-masing bentuk geometri tersebut mewakili fungsi yang terkait dengan event dalam kurun waktu pergantian sebanyak 4 kali dalam setahun (3 bulan/event). Berikut ilustrasi dari proyek ’Transformer Prada’, Seoul, 2008:
untitled-1
Gambar 11-16. Proyek ’Transformer Prada’, Seoul, 2008

Transformasi Pikiran Dalam Pemainan Domino

Pada dasarnya manusia suka bermain, yang disebut “Homo Ludens” (Man The Player) oleh ahli sejarah Johan Huizinga. Permainan yang mem-’bumi’ ialah permainan kartu, ’domino’. ’Domino’adalah salah satu jenis permainan yang paling populer di kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Kartu domino ialah kartu yang memiliki ’dot’ berbentuk lingkaran penuh berwarna sebagai penunjuk ’muatan’ kartu (Gambar 17). Permainannya ialah dengan menyambung salah satu ujung dari kartu tersebut sesuai dengan muatan yang tertera pada ujung kartu tersebut. Pemenang adalah yang berhasil melengkapi sambungan kartu tersebut dengan sempurna, dan jika belum sempurna maka pemain yang memiliki jumlah muatan dari kartu ’sisa’ dianggap sebagai pemain yang kalah. Contoh diperlihatkan pada gambar 18 dimana pemenang ialah pemain pada sisi kiri gambar (berjumlah 5) dan pemain yang kalah ialah pemain pada sisi bawah gambar (berjumlah 21).
14q1
15q1
Gambar 17-18. Permainan Kartu Domino
Muatan dari kartu berupa ’dot’ ini menjadi penanda dalam pikiran untuk menyelesaikan permainan. Pada bidang yang lain, kartu domino juga dapat digunakan untuk mengasah kemampuan otak anak-anak dalam mengingat dan membaca kata-kata yang terucap dalam bahasa Inggris (Gambar 19).
16q
Gambar 19. Kartu Domino untuk Anak-anak
Dalam permainan domino ini, pikiran kita sudah ter-’doktrin’ untuk melihat salah satu sisi dari satu kartu (yang dipisahkan oleh garis tengah berwarna yang sama). Permainan di alam pikiran ini kemudian menggerakkan saya untuk melakukan intervensi terhadap permainan domino secara utuh dengan memasukkan konsep pembuatan kemasan (baca: 3 prinsip dasar) yang bertujuan untuk memberikan tantangan baru dalam membaca dot-dot yang tertera dalam sebuah kartu. Kebiasaan umum permainan yang hanya menyambung kartu berdasarkan salah satu sisi kartu dikaji lebih jauh. Jika diselipkan prinsip dasar kemasan maka dapat diperoleh makna lain dari dot yang hadir pada kedua sisi dalam satu kartu domino. Hal ini diangkat untuk memberikan alternatif penyambungan kartu pada saat kartu yang kita miliki tidak memiliki jumlah dot yang sama dengan jumlah dot pada salah satu sisi kartu domino ini, selain itu juga memberikan alternatif strategi baru dalam menyelesaikan permainan dengan bantuan ’lipatan’ dalam pikiran (tidak nampak nyata).
Tiga prinsip dasar kemasan diaplikasikan dalam penentuan ’muatan’ baru yang ditampilkan oleh jumlah dot-dot kartu sebagai berikut:
Struktur Dasar [Domino]
Sebagai kumpulan kartu permainan, domino memiliki struktur dasar berupa dot-dot atau kosong pada kedua sisi dalam satu kartu yang dipisahkan oleh sebuah garis tengah. Garis tengah yang pada umumnya dilihat sebagai garis pemisah kedua sisi kemudian diasumsikan sebagai garis ’lipat’ yang juga hadir pada pola pembuatan kemasan. Dengan melipat kartu ini maka kedua sisi pada kartu tersebut dapat dipertemukan. Proses pelipatan ini kemudian memberikan ’jejak’ pada kedua sisi yang baru saja bertemu. Jejak yang membekas ini kemudian menjadi komponen dot pada kedua sisi tersebut. Dan dari semua struktur dasar kartu domino, terditeksi beberapa kartu yang dapat memiliki muatan yang berbeda dari tampilan yang terlihat (Gambar 20).
17q1
Gambar 20. Muatan Kartu Domino yang Berbeda
Keenam kartu ini kemudian di’lipat’ untuk memberikan muatan baru (Gambar 21-23).
18q1
Gambar 21-23. Muatan Baru pada Kartu Domino
Metode Kunci [Dot]
Hasil dari proses pelipatan ini kemudian dikembalikan pada struktur dasar kartu, seperti metode kunci pada kemasan, sehingga didapatkan kartu dengan struktur yang menyerupai hasil pelipatan (Gambar 24).
19q1
Gambar 24. Metode Kunci pada Kartu Domino
Hal ini juga berlaku pada proses kelima kartu lainnya sehingga seakan-akan didapatkan beberapa kartu ’tambahan’ untuk dapat menyambung kartu domino yang ada dalam permainan ini (Gambar 25-28).
20q1
Gambar 25-28.Kartu ’tambahan’ Domino
Proses Penyusunan [Kartu]
Setelah didapat ’kartu tambahan’ maka terdapat permainan dengan alternatif baru dalam proses penyusunan kartu, misalnya seperti teraplikasi dalam gambar di bawah ini:
21q1
Gambar 29. Alternatif Baru Penyusunan Kartu Domino
Dengan ’bentuk’ baru ini, permainan domino mampu menstimulus otak untuk berpikir ’melipat’ dalam mencari penyelesaian dan memunculkan alternatif strategi untuk memenangkan permainan. Jadi, permainan yang kasat mata dapat dikembangkan menjadi permainan di alam pikiran dan tetap asyik untuk dimainkan.

Kesimpulan

Percobaan yang dilakukan terhadap permainan domino dengan menerapkan prinsip-prinsip utama dari pembuatan kemasan mengarahkan perhatian kepada koneksi (connection) yang terjadi di antara dot-dot yang tertera pada sisi-sisi kartu dalam proses penyusunannya. Koneksi permainan dasar dan permainan hasil percobaan menunjukkan koneksi dapat dilihat bukan saja dari ’sesuatu’ yang terlihat melainkan juga yang tak terlihat (pikiran). Proses koneksi yang terjadi melibatkan metode ’lipat’ yang dicerminkan dari garis tengah yang ada pada kartu sebagai pembatas antar sisi. Sehingga koneksi yang terjadi memiliki dasar untuk dapat dinalarkan dalam logika.
Dari pengalaman ini, dapat diketahui bahwa kajian terhadap sesuatu yang sederhana (physical) dapat memiliki dampak yang cukup kompleks (mental) dengan pembelajaran terhadap hal-hal mendasar. Demikian juga halnya jika mengkaji ilmu geometri dalam arsitektur. Geometri dipandang sebagai suatu dasar untuk dapat menalarkan arsitektur dalam berbagai media yang tersedia dan terus berkembang. Tinjauan yang ditempatkan oleh ilmu geometri dapat mencakup beragam hal,dari yang sederhana hingga yang kompleks, untuk diaplikasikan sebagai salah satu metode dalam proses berarsitektur. Pada proses ini dapat terjadi beraneka ragam dampak yang terkait satu sama lain layaknya permainan domino yang memiliki dampak dalam proses penyusunannya, bahkan dalam keseharian dikenal istilah ’efek-domino’ untuk memperlihatkan hubungan antara dua sisi yang terlihat tidak/kurang berhubungan namun dapat berkaitan dengan melibatkan komponen-komponen lainnya dalam proses yang berlangsung.
Perlu adanya pertimbangan berbagai dimensi ilmu untuk dapat mengembangkan arsitektur sebagai suatu proses yang dinamis, namun perlu dinalarkan secara mendasar sehingga aplikasi yang dihasilkan mampu menjaga kedinamisannya. Salah satu penalaran arsitektur ini ialah melalui pembelajaran ilmu geometri sebagai suatu metode dalam berproses.

Tidak ada komentar: